Hari Penyesalan

Rabu, 15 Februari 2017

Selasa kemarin aku hampir mati, tak kuat lagi berdiri. Tak kuat lagi menahan hati yang sakit ini. Ini benar-benar sakit lebih sakit dari apapun. Kau tau kenapa? Nb aku telah divonis mati oleh dokternya. Dia bilang bahwa hardisknya tidak terdeteksi. Semua datanya tidak bisa dilihat. Mendengar itu, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tak kuat menahan tangisku saat itu. Pikiranku kabur melayang, banyak pertanyaan “bagaimana” di kepalaku saat itu. Seandainya isi dari data tersebut tidak terlalu penting, mungkin aku tenang saja. Tapi kau tahu? Data itu isinya skripsi aku yang baru selesai sampai bab akhir. Rencananya mau diprint dan minta diacc ke dosen pembimbing karena aku juga sudah berjanji mau bimbingan hari itu.

Dokter Nb itu gak bisa memulihkannya kembali, ia memulangkan NB itu tanpa berdosa. Lalu aku? Sepanjang perjalanan aku menangis. Bagaimana ini? Bagaimana jika aku tak bisa wisuda bulan April nanti? Aku sudah menundanya satu kali, masa mau ditunda lagi? Setelah tiga kali proposalku ditolak dan diganti, kali ini aku benar-benar menyelesaikannya. Pikiranku berkecamuk tiada henti. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya Allah rencanakan untuk aku? Di persimpangan kampus depan mesjid aku melihat teman-temanku lagi duduk dan bercanda. Rupanya mereka bahagia. Aku menghampiri mereka dan menanyakan barangkali mereka punya hardisk eksternal tapi mereka bergeming. Lagi-lagi aku menangis dihadapan mereka. Mereka Cuma bilang sabar dan relax. Aku gak bisa, mana mungkin aku bisa menahan tangis sedangkan NB aku sedang sekarat ingin dicabut nyawa. Ya Allah….

Si Deden nyebelin, tiba-tiba ngomong gini “ngapain mikirin skripsi, skripsi aja gak mikirin kamu”. Rasanya pengen hajar dia saat itu juga. Lalu di sebelahku ada adik tingkatku namanya Yusuf, dia nanya. “teh, gimana skripsinya? Udah selesai?” Boro-boro pengen jawab, aku malah nangis dan nangis terus. Dada aku rasanya sesek banget. Lama mengobrol dan menangis sama si Deden di sana (maksudnya aku aja yang nangisnya) dia ketawa-ketawa sambil sesekali ngasih kata-kata motivasi. Uh, sok bijak. Akhirnya kita pulang, aku pulang ke rumah dan menceritakan semuanya terhadap sodara-sodara aku dan kaka iparku. Kaka iparku, namanya “A Anwar” mencoba mendeteksi apa yang salah dengan NBku. Tidak lama kemudian, NB aku kembali hidup, normal seperti semula. Ya Allah, aku seneng banget… ternyata si mamang dokter NB aku itu tidak pandai mengotak ngatik NBnya. Akhirnya aku hidup bahagia dan tertawa. Hahahaha

Saat ini, aku menulis dalam keadaan duduk di kursi teras rumah sambil sesekali melihat hujan yang lumayan deras. Saat ini pukul 18:01 WIB. Aku berjanji, akan apik menjaga hartaku ini. Doakan juga, bulan April ini aku wisuda.